Pages

Sabtu, 28 November 2009

"Saat kita harus meminta"


“Saya berkata kepada diri sendiri; andaikan dunia ini sempurna dan kita tak perlu lagi meminta apa-apa, andai setiap orang lain peka terhadap semua kebutuhan kita, alangkah mudahnya hidup ini”. Ujar Jeff Aubery.

Dulu, sewaktu masih di bangku sekolah, kita pernah ingin meminta guru untuk memperlambat dan mengulangi lagi menerangkan pelajaran, tetapi kita takut kita dianggap bodoh.
Atau sewaktu mengunjungi seorang teman di daerah yang belum pernah kita kenal, kita tidak menemukan alamatnya, tapi kita malu untuk turun dari kendaraan dan bertanya kepada orang-orang di sana, karena kita merasa cukup memiliki harga diri yang tinggi untuk melakukan hal bodoh itu.
Yang perlu kita lakukan hanyalah “meminta! Semudah itukah?
Ada lima rintangan yang saling berkaitan hingga membentuk satu mata rantai yang menahan kita untuk meminta hal-hal yang kita inginkan.

Ketidaktahuan
Kita tidak tahu apa yang kita inginkan, apa yang tersedia untuk kita, kita begitu asing dengan diri kita sendiri sehingga kita tidak merasakan apa yang kita inginkan sebenarnya. Dan banyak dari kita yang tidak tahu bagaimana cara memintanya, kepada siapa permintaan kita ajukan, dan kapan saatnya untuk meminta. Kita tidak pernah belajar meminta yang efektif, mengenali orang yang kiranya dapat memberikan apa yang kita inginkan bahkan kita tidak pernah belajar membaca isyarat tersirat dari seseorang, seperti “saya mau membantu” atau “tidak sekarang”.
Kepercayaan yang mengekang dan tidak tepat
Ada kemungkinan kita pernah diprogram menjadi sesuatu oleh orang tua kita atau malah merupakan pola asuh yang telah kita terapkan sendiri? Seperti kalimat-kalimat berikut ; “Jangan banyak bicara, kerjakan saja sesuai yang ayah minta!”, “Kalau kamu tidak suka tinggal di sini, kamu boleh pergi kapan saja”, “Jangan cengeng!” dan lain-lain….
Atau mungkin sebuah keyakinan, orang yang kita cintai, akan mengerti dan memahami apa yang kita inginkan dan butuhkan, tanpa kita minta mereka akan memberi.

Rasa takut
Sering pengalaman masa kecil yang negatif, ataupun pengalaman masa lalu yang menyakitkan dan memalukan membuat kita takut untuk mengambil bagian, takut untuk mengejar sesuatu yang kita inginkan dan dambakan. Kita menjadi takut akan penolakan, kelihatan tolol, atau disakiti orang lain. Ketakutan memegang kendali, hingga semua tenaga kita digunakan untuk melindungi diri sendiri daripada untuk menciptakan apa yang kita inginkan.

Kurang menghargai diri sendiri
“Lihatlah di kiri dan di kanan anda, hanya ada satu yang oke!
Satu di antara tiga, kita menderita epidemi rendahnya rasa harga diri; merasa tidak layak mendapatkan cinta, kebahagiaan, kepuasaan dan tidak mampu menciptakan jenis kehidupan yang kita inginkan.

Rasa Gengsi
Kebanyakan dari kita, terutama laki-laki, terjebak dalam rasa gengsi diri. Terlalu pongah untuk mengakui bahwa kita membutuhkan seseorang atau sesuatu. Kita tidak mau berhenti untuk bertanya tentang arah jalan atau bantuan, percaya bahwa semua perlu dikerjakan sendiri.

Karena aku tidak sempurna ….
Dan, “Janganlah mengharapkan kemudahan, namun berharaplah agar dirimu menjadi lebih baik,” John Rim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar